Bentuk Shitori Dalam Bahasa Jepang: Panduan Lengkap
Halo semuanya! Kalian pernah dengar kan tentang bentuk shitari dalam bahasa Jepang? Mungkin ada yang udah sering ketemu tapi masih bingung, atau malah baru dengar nih. Tenang aja, hari ini kita bakal kupas tuntas soal bentuk shitari ini sampai kalian bener-bener paham. Serius deh, ini bakal jadi panduan paling asyik buat kalian yang lagi belajar bahasa Jepang, atau yang pengen makin jago. Jadi, siapin catatan kalian, duduk manis, dan mari kita mulai petualangan kita memahami salah satu aspek penting dalam tata bahasa Jepang ini. Pokoknya, setelah baca ini, kalian bakal pede banget pakai shitari di percakapan sehari-hari. Yuk, langsung aja kita bedah apa sih sebenarnya shitari itu dan kenapa dia penting banget buat dipelajari. Nggak pake lama, kita langsung cus ke pembahasannya ya!
Memahami Konsep Dasar Bentuk Shitori
Oke, guys, jadi apa sih sebenarnya bentuk shitari ini? Gampangnya, shitari itu adalah salah satu bentuk konjugasi kata kerja dalam bahasa Jepang. Dia itu kayak versi santai atau informal dari bentuk tara. Kapan sih kita pakainya? Nah, ini nih yang seru. Bentuk shitari ini biasanya kita pakai buat ngomongin kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, atau kegiatan yang sifatnya cuma sebagian dari keseluruhan kegiatan lain. Jadi, bukan cuma satu kejadian aja, tapi ada nuansa 'dan lain-lain' atau 'salah satunya'. Misalnya, kalau kalian mau bilang "Saya suka jalan-jalan, belanja, dan lain-lain", nah di situ kita bisa pakai shitari. Keren kan? Konsepnya mirip kayak kita bilang "Ngapain aja kemarin? Oh, nonton film, main game, macem-macem lah."
Di dalam bahasa Jepang, kita sering banget ketemu ungkapan kayak ~tari ~tari suru. Nah, shitari ini adalah bagian dari ungkapan itu. Dia itu berasal dari bentuk lampau dari kata kerja, yaitu bentuk ta. Jadi, kalau kata kerjanya taberu (makan), bentuk ta-nya tabeta. Nah, kalau mau dibikin shitari, jadi tabetari. Begitu juga dengan iku (pergi), jadi ikimashita (bentuk sopan lampau), lalu ikita (bentuk ta), dan akhirnya jadi ikitari. Perlu diingat, guys, ini adalah bentuk informal ya. Jadi, jangan dipakai waktu ngomong sama atasan, guru, atau orang yang lebih tua yang harus kita hormati. Tapi kalau sama teman-teman dekat atau keluarga, ini aman banget.
Kenapa sih kita perlu belajar bentuk shitari ini? Jawabannya simpel: biar komunikasi kita makin kaya dan natural. Kalau kita cuma pakai satu jenis ungkapan aja, kan bosenin ya? Dengan shitari, kita bisa nunjukin kalau kita ngerti nuansa-nuansa kecil dalam bahasa Jepang. Plus, ini juga bikin kalimat kita kedengeran lebih luwes dan nggak kaku. Bayangin aja, kalau kalian lagi cerita pengalaman liburan kalian, daripada bilang "Saya pergi ke Tokyo. Saya makan ramen. Saya belanja.", mendingan bilang "Kemarin saya ke Tokyo, makan ramen, belanja, dan lain-lain." Kedengerannya jauh lebih enak dan deskriptif, kan? Jadi, intinya, shitari itu alat bantu biar ngomong kita makin cakep dan nggak monoton. Jangan takut salah ya, guys, namanya juga belajar. Yang penting kita berani mencoba dan terus berlatih. Semakin sering kita pakai, semakin terbiasa juga kita nanti.
Cara Membentuk Shitori dari Kata Kerja
Nah, sekarang gimana sih caranya kita bikin bentuk shitari ini dari kata kerja bahasa Jepang? Gampang kok, guys, asal kita tahu polanya. Ingat kan tadi gue bilang, shitari itu berasal dari bentuk ta? Nah, jadi langkah pertama adalah mengubah kata kerja kita ke bentuk ta. Udah pada jago kan bikin bentuk ta? Kalau belum, nggak papa, kita review dikit ya. Bentuk ta itu punya aturan macam-macam tergantung akhir dari kata kerja dasarnya. Misalnya, kata kerja kelompok 1 (u-verbs) yang berakhiran u, tsu, ru biasanya berubah jadi -tta (misal: matsu -> matta), yang berakhiran u jadi -nda (misal: asobu -> asonda), yang berakhiran i jadi -ita (misal: nomi -> nomita). Kata kerja kelompok 2 (ru-verbs) lebih gampang, tinggal ganti -ru jadi -ta (misal: taberu -> tabeta). Kalau kata kerja tidak beraturan, ya hafal aja kayak suru jadi shita dan kuru jadi kita.
Setelah kita punya bentuk ta, langkah selanjutnya adalah mengubahnya ke bentuk shitari. Ini nih yang paling penting. Kalau kata kerja itu bentuk ta-nya berakhiran -ta, maka kita tinggal ganti -ta itu dengan -tari. Gampang banget kan? Contohnya, taberu jadi tabeta. Nah, sekarang ubah jadi shitari: tabetari. Terus, nomu (minum) bentuk ta-nya nonda. Jadi, shitari-nya adalah nondari. Kalau iku (pergi) bentuk ta-nya ikita. Maka, bentuk shitari-nya adalah ikitari. Kelihatan kan polanya? Simpel aja, -ta jadi -tari.
Ada satu hal penting lagi nih yang perlu kalian inget. Bentuk shitari ini jarang banget berdiri sendiri. Biasanya dia muncul dalam pola kalimat ~tari ~tari suru atau ~tari ~tari shimasu. Ungkapan ini dipakai untuk memberikan contoh kegiatan yang dilakukan secara berulang atau sebagai bagian dari daftar kegiatan yang lebih panjang. Misalnya, kita mau bilang "Akhir pekan ini saya berencana untuk membaca buku, menonton film, dan bersantai." Dalam bahasa Jepang, kita bisa pakai: "Shuumatsu wa hon o yondari, eiga o mitari shite imasu." Di sini, yonda dari yomu (membaca) jadi yondari, dan mita dari miru (menonton) jadi mitari. Jadi, kita nggak perlu bingung lagi kalau lihat kata kerja yang berakhiran -tari. Itu artinya dia lagi dipakai dalam pola ~tari ~tari suru untuk nunjukin kegiatan yang beragam atau berulang.
Perlu diingat juga, guys, kalau kita cuma mau kasih satu contoh kegiatan aja yang sifatnya sebagai perwakilan, kita tetap bisa pakai shitari. Misalnya, "Banyak hal yang bisa dilakukan di Kyoto, seperti melihat kuil dan lain-lain." Kalimatnya bisa jadi: "Kyoto de wa otera o mitari, takusan koto ga dekimasu." Di sini, mitari dari miru (melihat) menunjukkan salah satu contoh kegiatan yang bisa dilakukan. Jadi, shitari ini fleksibel banget penggunaannya. Pokoknya, hafal aja polanya: ubah ke bentuk ta, lalu ganti -ta dengan -tari, dan biasanya diikuti dengan suru atau shimasu untuk melengkapi kalimat.
Kapan dan Bagaimana Menggunakan Bentuk Shitori
Oke, guys, kita sudah tahu cara bikinnya. Sekarang saatnya kita bahas kapan dan bagaimana sih bentuk shitari ini sebaiknya digunakan biar pas dan nggak salah konteks. Ingat ya, shitari itu punya dua fungsi utama: yang pertama buat nunjukin kegiatan yang berulang-ulang atau terus-menerus, dan yang kedua buat kasih contoh kegiatan sebagai bagian dari daftar yang lebih panjang. Dua fungsi ini penting banget buat dipahami biar kalimat kalian makin natural dan nggak kaku.
Untuk fungsi pertama, yaitu kegiatan berulang, kalian bisa bayangin kayak lagi cerita hobi atau aktivitas harian kalian. Misalnya, seorang musisi mungkin bilang, "Setiap hari saya latihan gitar, main piano, dan lain-lain." Dalam bahasa Jepang, ini bisa diungkapkan dengan: "Mainichi gitaa o hikitari, piano o enjiteri shite imasu." Di sini, hikitari dari hiku (memetik) dan enjiteri dari enjiru (memainkan) nunjukin kalau kegiatan ini dilakukan terus-menerus. Ungkapan ~tari ~tari suru ini memang paling pas buat menggambarkan rutinitas atau kebiasaan. Jadi, kalau kalian mau cerita apa aja yang sering kalian lakuin, jangan ragu pakai pola ini. Ini bikin pendengar langsung kebayang kalau aktivitasnya itu nggak cuma sekali dua kali, tapi udah jadi bagian dari keseharian.
Untuk fungsi kedua, yaitu memberikan contoh kegiatan sebagai bagian dari daftar, ini sering banget dipakai pas kalian lagi cerita pengalaman atau ngasih rekomendasi. Misalnya, kalian lagi ngobrol sama teman yang mau liburan ke Jepang. Kalian bisa bilang, "Di Osaka, kalian bisa makan takoyaki, jalan-jalan di Dotonbori, kunjungi Universal Studios, dan masih banyak lagi." Versi Jepangnya bisa jadi: "Osaka de wa takoyaki o tabetari, Dotonbori o sanpo shitari, Yuunibaasaru Sutaajiamu ni ittari shimasu." Kata kerja yang dipakai di sini, kayak tabetari (makan), sanpo shitari (jalan-jalan), dan ittari (pergi), semuanya adalah contoh dari banyak hal yang bisa dilakukan. Dengan begini, kalian nggak perlu nyebutin semua kegiatan satu per satu, cukup kasih beberapa contoh yang paling penting, terus diakhiri dengan ungkapan lain yang menandakan masih banyak lagi.
Selain itu, ada juga penggunaan shitari yang lebih simpel tapi tetap penting, yaitu ketika kita mau nunjukin keterkaitan sebab-akibat yang tidak pasti atau situasi hipotetis. Misalnya, "Kalau kamu belajar giat, kamu mungkin akan lulus." Dalam bentuk shitari, ini bisa jadi: "Moshi isshoukenmei benkyou shitari shitara, tadachi ni goukaku suru kamoshiremasen." Di sini, benkyou shitari menunjukkan salah satu kondisi atau tindakan yang bisa terjadi dalam skenario hipotetis tersebut. Walaupun lebih jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari dibandingkan dua fungsi utama tadi, tapi penting untuk diketahui biar pemahaman kalian makin komplit.
Satu lagi yang perlu digarisbawahi, guys, adalah pemilihan kata kerja yang akan diubah menjadi shitari. Biasanya, kita akan memilih kata kerja yang paling representatif atau yang paling ingin kita tonjolkan sebagai contoh. Nggak perlu semua kata kerja dalam daftar dimasukkan ke dalam pola ~tari ~tari suru. Cukup dua atau tiga saja yang paling penting. Misalnya, kalau kalian mau bilang "Saya suka menghabiskan waktu di rumah dengan membaca buku, mendengarkan musik, atau menonton film", kalian bisa pilih "Hon o yondari, ongaku o kikitari shimasu." Jadi, nggak perlu juga ditambahin "eiga o mitari". Itu udah cukup mewakili kok. Fleksibilitas inilah yang bikin bahasa Jepang jadi menarik dan kaya. Jadi, jangan takut bereksperimen dengan kata kerja yang kalian pilih. Yang penting, maknanya tetap nyambung ya!
Contoh Kalimat dengan Bentuk Shitori
Biar makin mantap nih pemahaman kalian soal bentuk shitari, yuk kita lihat beberapa contoh kalimat yang sering banget muncul dalam percakapan sehari-hari. Dengan melihat contoh langsung, kalian bakal lebih kebayang gimana cara pakainya dan kapan waktu yang tepat. Ingat, guys, contoh itu adalah guru terbaik dalam belajar bahasa, apalagi bahasa Jepang yang banyak nuansanya.
Contoh 1: Kegiatan Hobi dan Waktu Luang
Kalau kalian ditanya, "Apa yang biasa kamu lakukan di akhir pekan?" (Shuumatsu wa nani o shite imasu ka?), kalian bisa jawab:
"Watashi wa shuumatsu ni hon o yondari, eiga o mitari, tomodachi to asobitari shite imasu."
Artinya: "Di akhir pekan, saya suka membaca buku, menonton film, dan bermain dengan teman."
Di sini, kita pakai yondari (dari yomu), mitari (dari miru), dan asobitari (dari asobu). Tiga kata kerja ini nunjukin kalau kegiatan membaca, menonton, dan bermain itu dilakukan secara bergantian atau sebagai contoh dari banyak hal yang bisa dilakukan di akhir pekan. Ini jelas banget nunjukin aktivitas yang beragam dan berulang.
Contoh 2: Pengalaman Perjalanan
Misalnya, kalian baru pulang dari liburan ke Kyoto dan ditanya "Bagaimana liburanmu?" (Ryokou wa dou deshita ka?), kalian bisa jawab:
"Kyoto de wa otera o hoshitari, kirei na keshiki o minakari, oishii mono o tabetari shimashita."
Artinya: "Di Kyoto, saya mengunjungi kuil, melihat pemandangan indah, dan makan makanan enak."
Kata kerja di sini adalah hoshitari (dari hoshiru - mengunjungi), minakari (dari miru - melihat, mungkin maksudnya di sini minakari atau mitari yang lebih umum, tergantung variasi), dan tabetari (dari taberu). Ini memberikan gambaran umum tentang apa saja yang dilakukan selama perjalanan, tanpa harus merinci semuanya satu per satu. Ini cara yang efisien buat cerita pengalaman.
Contoh 3: Kegiatan Sehari-hari di Tempat Baru
Kalau kalian baru pindah ke Jepang dan lagi nyesuaiin diri, mungkin kalian bakal cerita:
"Hajimete Nihon ni kita toki wa, michi ni mayottari, jitensha ni noritari, konbini de kaimono shitari toka, iroiro deshita."
Artinya: "Waktu pertama kali datang ke Jepang, saya sempat tersesat, naik sepeda, belanja di konbini, dan lain-lain, pokoknya macam-macam deh."
Di sini, kita pakai mayottari (dari mayou - tersesat), noritari (dari noru - naik), dan kaimono shitari (dari kaimono suru - berbelanja). Ini menunjukkan bahwa ada banyak pengalaman awal yang terjadi, beberapa mungkin menyulitkan (tersesat), ada yang jadi kebiasaan (naik sepeda, belanja). Ungkapan ~tari ~tari toka, iroiro deshita di akhir kalimat makin memperkuat kesan kalau itu adalah serangkaian pengalaman yang beragam.
Contoh 4: Rencana atau Harapan di Masa Depan
Bahkan untuk rencana masa depan pun, shitari bisa dipakai. Misalnya, kalian ditanya "Setelah lulus mau ngapain?" (Sotsugyou go wa nani o shitai desu ka?), jawabannya bisa:
"Sotsugyou shita ra, ryokou ni ikitari, shigoto o sagashitari shitai to omoimasu."
Artinya: "Setelah lulus, saya ingin pergi jalan-jalan, mencari pekerjaan, dan semacamnya."
Ikitari (dari iku) dan sagashitari (dari sagashu - mencari) di sini menunjukkan dua dari banyak rencana yang mungkin dimiliki. Ini memberikan gambaran umum tentang aspirasi yang ada. Penggunaan shitari membuat jawaban terdengar lebih luwes dan tidak terlalu kaku, seolah-olah ada banyak kemungkinan lain juga.
Dengan melihat berbagai contoh ini, semoga kalian makin paham ya, guys, gimana asyiknya menggunakan bentuk shitari dalam percakapan. Jangan lupa untuk terus berlatih dan mencoba menerapkannya dalam kalimat kalian sendiri. Semakin sering dipakai, semakin terbiasa kok. Ganbatte ne!
Perbedaan Bentuk Shitori dengan Bentuk Lain
Nah, guys, biar pemahaman kalian makin mendalam, penting juga nih buat kita bahas perbedaan bentuk shitari dengan bentuk-bentuk lain yang mungkin fungsinya mirip. Kadang-kadang, kita bisa bingung, kapan pakai shitari, kapan pakai yang lain. Padahal, tiap bentuk punya keunikan dan konteks penggunaannya sendiri. Yuk, kita bedah satu per satu biar nggak salah kaprah lagi.
Pertama, mari kita bandingkan bentuk shitari dengan bentuk ~te iru. Bentuk ~te iru itu biasanya dipakai untuk menunjukkan tindakan yang sedang berlangsung (present continuous), keadaan yang terus-menerus (state), atau hasil dari suatu tindakan yang masih relevan. Contohnya, "Saya sedang makan" (tabete imasu) atau "Jendelanya terbuka" (maado ga aite imasu). Nah, shitari itu beda. Kalau shitari itu fokusnya ke daftar kegiatan yang beragam atau berulang, sedangkan ~te iru itu lebih ke satu tindakan spesifik yang sedang terjadi atau keadaan yang sedang berlangsung. Jadi, kalian nggak bisa bilang "Saya sedang makan, minum, tidur" pakai shitari. Kalian harus pakai "Tabete, nonde, nete imasu." Tapi, kalau kalian mau bilang "Saya biasanya makan, minum, tidur, dan lain-lain", nah baru pakai shitari: "Tabetari, nondari, netari shimasu."
Kedua, ada bentuk **~tari **(tanpa shi). Seringkali, bentuk ~tari ini muncul sendiri atau dikombinasikan dengan konjungsi lain. Namun, yang paling sering kita temui adalah pola ~tari ~tari suru, di mana ~tari itu adalah bentuk yang kita bahas ini (dengan imbuhan shi sebelum tari kalau berasal dari kata kerja kelompok 2 atau irregular verb yang berakhiran -shita). Sebenarnya, shitari itu adalah bentuk tari yang berasal dari bentuk ta yang akhirnya -ta. Jadi, secara teknis, mereka sangat berkaitan erat. Perbedaannya lebih ke nuansa. Bentuk ~tari ~tari suru adalah ungkapan standar untuk kegiatan berulang atau contoh. Bentuk ~tari tunggal bisa punya arti lain, misalnya sebagai syarat kondisional (tara). Tapi, dalam konteks daftar kegiatan berulang, ~tari ~tari suru adalah bentuk yang paling umum dan paling sering digunakan. Perlu diingat, bentuk shitari yang kita bahas itu berasal dari kata kerja bentuk ta yang diubah menjadi tari. Jadi, taberu -> tabeta -> tabetari. Suru -> shita -> shitari. Ini konsisten. Jadi, shi di sini adalah bagian dari pembentukan tari itu sendiri dari bentuk ta.
Ketiga, mari kita lihat perbedaan dengan bentuk past tense biasa (bentuk ta). Bentuk ta seperti tabeta (sudah makan) atau ikita (sudah pergi) itu hanya menyatakan satu kejadian di masa lampau. Titik. Nggak ada unsur pengulangan atau pemberian contoh. Kalau kita bilang "Kemarin saya makan ramen" (Kinou ramen o tabeta), itu artinya cuma makan ramen aja. Tapi kalau kita bilang "Kemarin saya makan ramen, belanja, dan lain-lain" (Kinou ramen o tabetari, kaimono shitari toka shita), nah ini baru pakai shitari. Jadi, bentuk ta itu tunggal, sedangkan bentuk shitari (dalam pola ~tari ~tari suru) itu jamak atau memberikan kesan beragam.
Terakhir, ada perbedaan dengan ungkapan seperti ~nado (dan lain-lain) atau ~to ka (dan semacamnya). Kadang, kita bisa menggabungkan ungkapan ini dengan bentuk ta biasa. Misalnya, "Kinou ramen o tabeta to ka, kaimono shita to ka shita." Ini mirip artinya dengan penggunaan shitari. Tapi, pola ~tari ~tari suru itu lebih ringkas dan lebih umum dipakai untuk memberikan contoh kegiatan yang berulang. Penggunaan ~nado atau ~to ka setelah bentuk ta biasa terasa sedikit lebih informal dan kadang kurang mulus dibandingkan pola shitari. Jadi, kalau mau terdengar lebih natural dan sopan dalam konteks ini, shitari adalah pilihan yang lebih baik. Singkatnya, guys, shitari itu punya peran spesifik dalam memberikan nuansa kegiatan berulang atau sebagai contoh dalam daftar. Dia punya ciri khas sendiri yang membedakannya dari bentuk lain, dan itu yang bikin bahasa Jepang jadi kaya. Pahami perbedaannya, dan kalian bakal makin pede pakai ungkapan ini.
Kesimpulan
Gimana, guys? Udah mulai kebayang kan sekarang soal bentuk shitari dalam bahasa Jepang? Intinya, bentuk shitari ini adalah salah satu konjugasi kata kerja yang sangat berguna banget buat memperkaya percakapan kita. Dia berasal dari bentuk lampau kata kerja (bentuk ta), yang kemudian diubah dengan mengganti akhiran -ta menjadi -tari. Biasanya, dia muncul dalam pola kalimat ~tari ~tari suru atau ~tari ~tari shimasu.
Fungsi utamanya adalah untuk menunjukkan kegiatan yang berulang-ulang atau memberikan contoh kegiatan sebagai bagian dari daftar yang lebih panjang. Jadi, kalau kalian mau cerita soal hobi, rutinitas, pengalaman liburan, atau bahkan rencana masa depan yang punya banyak pilihan, ungkapan ini pas banget dipakai. Ini bikin kalimat kita kedengeran lebih natural, luwes, dan nggak monoton. Dibandingkan cuma pakai bentuk lampau biasa, shitari memberikan kesan yang lebih dinamis dan deskriptif.
Ingat ya, guys, shitari ini adalah bentuk informal, jadi gunakan dengan bijak, terutama saat berbicara dengan teman sebaya atau orang yang sudah akrab. Walaupun begitu, pemahaman tentang shitari tetap penting buat semua level pembelajar bahasa Jepang. Dengan menguasai bentuk shitari, kalian selangkah lebih maju untuk bisa berkomunikasi dengan lebih baik dan memahami nuansa bahasa Jepang.
Jadi, jangan ragu buat terus berlatih ya! Coba bikin kalimat sendiri pakai shitari, ngobrol sama teman pakai pola ini, atau sekadar baca-baca contoh lagi. Semakin sering kalian ketemu dan pakai, semakin gampang kok nanti. Selamat belajar dan semoga sukses terus perjalanan kalian dalam menaklukkan bahasa Jepang! Mata ne!